Sabtu 29 Oktober 2022 program studi Bioteknologi Sekolah Pascasarjana UGM sukses menggelar seminar nasional. Seminar nasional kali ini mengangkat tema ‘Biotechnology for Climate Change and Global Warming Mitigation’. Kegiatan seminar nasional ini mendapatkan sponsor dari Crop Life Indonesia dan Genetika Sains. Pembicara kali ini ialah Profesor Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc. dari Universitas Gadjah Mada, Profesor R. Manjunatha Kini dari National University of Singapore dan Profesor Tatsuo Sato, Ph.D. dari Ibaraki University. Selain itu, seminar ini juga diikuti oleh 59 pemakalah yang berasal dari berbagai instansi dan universitas. Beberapa pemakalah yang hadir diantaranya ialah berasal dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Muhammadiyah Bandung, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Lampung, BRIN, dan PT. Great Giant Pineapple. Seminar kali ini juga memberikan penghargaan bagi para pemakalah terbaik yang telah mempresentasikan hasil penelitiannya.
Profesor Alim Isnansetyo pada kesempatan kali ini memaparkan potensi pemanfaatan Pseudoalteromonas untuk pengembangan Bioteknologi. Berdasarkan pengalamannya selama melakukan penelitian terhadap Pseudoalteromonas, bakteri tersebut dapat dimanfaatkan sebagai anti mikrobia. Baik dalam penerapan anti jamur, anti-biofouling, dan anti tumor. Untuk bioaktif exopolimer, Alim Isnansetyo memaparkan bahwa bakteri ini dapat menghasilkan cryoprotectan. Kemampuan tersebut dapat digunakan untuk melakukan penyimpanan bakteri-bakteri lain sehingga kondisinya tetap terjaga dan tidak rusak.
Pembicara seminar lainnya, Profesor R. Manjunatha Kini memaparkan perihal potensi racun ular untuk digunakan sebagai obat jantung. Menurutnya, racun ular menjadi potensial karena terdiri dari protein dan peptide. Bahkan, R. Manjunatha Kini telah mengidentifikasi DNA berbagai macam jenis racun ular dan mengumpulkan informasi tersebut dalam cDNA library. Pengumpulan informasi mengenai racun ular bermanfaat untuk mengetahui struktur, fungsi dan mekanisme kerjanya. Kedepannya, pemanfatan racun dapat diterapkan sebagai alternatif untuk pengobatan jantung.
Selanjutnya ialah Profesor Tatsuo Sato yang menjelaskan mengenai peran Heat Shock Protein (HSP) dalam meningkatkan resistensi tanaman terhadap suatu penyakit. Terlebih dahulu Tatsuo Sato menjelaskan perihal mekanisme dasar ketahanan penyakit tanaman. Terdapat dua mekanisme yang dijelaskan oleh Prof. Tatsuo Sato yaitu Systemic Acquired Resistance (SAR) dan Wound Induce Systemic Resistance (WSR). Mekanisme SAR untuk ketahanan penyakit bersifat local sedangkan mekanisme WSR bersifat total. Profesor Tatsuo Sato mengamati peranan HSP saat dilakukan induksi panas dimana HSP nantinya akan berikatan dengan Heat Shock Element (HSE). Ikatan tersebut nantinya dapat memicu aktifnya gen pertahanan dari suatu penyakit sehingga tanaman jauh lebih resisten. Kedepannya, peneparan Teknik ini dapat menjadi alternatif untuk membuat tanaman lebih resisten terhadap suatu penyakit.
Kegiatan seminar nasional ini juga ditayangkan dalam kanal YouTube Sekolah Pascasarjana UGM. Seminar ini merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh program studi Bioteknologi Sekolah Pascasarjana. Untuk mendapatkan informasi terbaru dapat mengikuti media sosial Bioteknologi UGM.
penulis : Buhairi Rifqa Moustafid